Showing posts with label Serambi. Show all posts
Showing posts with label Serambi. Show all posts

Tuesday, December 20, 2011

The Odessa File

Holocaust mungkin salah satu peristiwa besar dalam sejarah dunia yang paling banyak dibukukan. Dari kisah nyata hingga ke fiksi sejarah, ada begitu banyak buku yang telah terbit mengenai peristiwa kemanusiaan itu. Frederick Forsyth--penulis novel thriller politik pun tak ketinggalan mengangkat tema Nazi dan Holocaust ke dalam buku ini: The Odessa File.

Odessa dan SS

ODESSA (Organisation der ehemaligen SS-Angehörigen = organisasi mantan anggota SS)
SS (Schutz-Staffel = negara di dalam negara yang diciptakan Hitler di bawah Nazi, Jerman)
Singkatnya, anggota SS adalah mereka yang berkuasa pada jaman Nazi, termasuk para pemimpin kamp-kamp konsentrasi yang memusnahkan kaum Yahudi.

[Fakta] Setelah Jerman dikalahkan Sekutu pada akhir Perang Dunia II (1945), banyak anggota SS yang ketakutan*akan diadili dan dihukum sebagai penjahat perang. Mereka ini semburat melarikan diri ke negara-negara lain (Mesir, Argentina), mengganti identitas, dan menghilang begitu saja. Odessa didirikan untuk melindungi para mantan anggota SS ini, memfasilitasi agar mereka tak pernah ditemukan dan aman dari hukuman. Sekaligus, Odessa menanamkan konsep bahwa Holocaust adalah tindakan patriotik para mantan anggota SS itu.

Proyek Roket Mesir

[Fakta] Seperti kita tahu, Mesir adalah musuh bebuyutan Israel. Pada sekitar tahun 60-an, ketika Mesir dipimpin oleh Raja Farouk, mereka memulai proyek membangun roket pemusnah yang rencananya akan dipakai untuk memusnahkan Israel. Roket itu dibangun di negara Mesir, namun menggunakan ilmuwan-ilmuwan dari Jerman. Ketika rencana ini tercium oleh Israel, teror pun dialami oleh para ilmuwan Jerman itu. Diantaranya Prof. Wolfgang Pilz, yang mendapat kiriman sebuah bom yang kemudian meledak, dan merusak wajah sekretaris Pilz yang membukanya. ~Encyclopedia Astronautica. [Fiktif] Dalam buku ini, perekrutan ilmuwan Jerman untuk Mesir itu dilakukan oleh Odessa.

Pembunuhan John F. Kennedy

[Fakta] 22 November 1963 terjadi salah satu peristiwa menggemparkan, yaitu meninggalnya Presiden AS John F. Kennedy setelah tertembak ketika menaiki mobil. Meski kenyataannya hingga kini dalang di balik pembunuhan itu tak pernah terungkap, [Fiktif] versi buku ini mengaitkan pembunuhan Kennedy dengan Odessa. Dikisahkan Kennedy ngotot menekan Jerman untuk mengirimkan persenjataan ke Israel sebagai bagian dari kompensasi terhadap Israel. Karena pemimpin Jerman saat itu lemah, khawatir Amerika akan berhasil menekan Jerman, maka Odessa pun menghalangi pengiriman senjata itu dengan membunuh Kennedy.

The Odessa File (kisah fiksi di dalam bingkai sejarah)

Tokoh utama kisah ini adalah seorang wartawan berkebangsaan Jerman bernama Peter Miller. Pada hari ketika JFK terbunuh itu, ia sedang berkendara di atas Jaguar XK 150 S warna hitam dengan garis kuningnya, ketika tiba-tiba ada mobil ambulans meraung-raungkan sirenenya. Insting jurnalisnya langsung menyuruh ia membuntuti ambulans itu, karena siapa tahu ada peristiwa kebakaran atau kecelakaan yang patut diliput sebagai berita menarik? Miller tak sadar bahwa keputusannya saat itu akan mengubah seluruh hidupnya!

Ternyata hanya seorang pria renta yang bunuh diri dengan gas di apartemen kumuh; suatu peristiwa yang tak menarik siapa pun! Maka pulanglah Miller ke apartemennya, dan ke pelukan Sigi, kekasihnya yang seorang penari striptis. Namun esok paginya, polisi teman lama Miller datang dan membawakan sebuah buku harian milik si pria renta yang bunuh diri itu. Meski tak terlalu antusias, Miller membacanya sampai habis.

Namaku Salomon Tauber. Aku seorang Yahudi, dan akan segera mati.” Begitulah buku harian itu dimulai. Singkat kata, Mr. Tauber adalah salah satu keturunan Yahudi-Jerman yang berhasil selamat dari Holocaust, dari kamp konsentrasi di Riga yang konon telah memusnahkan 70.000-80.000 jiwa. [Fakta] *Komandan ghetto di Riga adalah anggota SS: Eduard Roschmann, yang terkenal dengan julukan ‘Jagal dari Riga’ berkat kekejamannya.* Sungguh menguras emosi membaca pengalaman dan pengamatan Tauber selama ia berada di Riga, khususnya sepak terjang Roschmann. Saat itu Tauber hampir putus asa karena penderitaan. Namun suatu hari ada seorang wanita yang, ketika sekarat, meminta agar Tauber tetap bertahan hidup demi menceritakan kepada dunia kekejian Nazi terhadap kaum Yahudi, bila kelak ia bebas. Itulah yang membuat tekad Tauber membara. Ia tak boleh mati! Ia harus dapat menggiring Roschmann hingga ke pengadilan untuk membayar nyawa orang-orang tak bersalah yang telah ia bantai.

wajah Eduard Roschmann, si Jagal dari Riga

Satu-satunya cara untuk tetap hidup adalah dengan menjadi Kapo (polisi Yahudi) yang bertugas membantu Nazi membawa tawanan ke tempat kerja atau bahkan ke tempat hukuman mati. Tauber mengambil resiko dikucilkan oleh teman-teman sesama Yahudinya demi bisa tetap hidup dan menceritakan kisahnya. Hingga suatu hari Tauber dipaksa Roschmann untuk menyerahkan Esther, istri tercintanya sendiri ke gerbong yang akan membawanya kepada hukuman mati!

Setelah menutup buku harian itu, Miller sekarang bukanlah Miller yang dulu. Ada sesuatu yang terjadi berkenaan dengan buku harian itu, yang akhirnya membulatkan tekadnya untuk menelusuri jejak Roschmann. Upaya yang tidak gampang, bahkan hampir mustahil. Karena, seperti telah kuulas di atas, para mantan SS ini telah berganti nama dan dilindungi Odessa. Berkali-kali upaya Miller mengalami jalan buntu, hingga ia bertemu dengan [Fakta] *seorang penyelidik kejahatan perang bernama Simon Wiesenthal* yang untuk pertama kalinya memperkenalkan organisasi Odessa kepada Miller. Tampaknya tak ada cara lain untuk menemukan keberadaan Roschmann, selain dengan menyusup ke dalam tubuh Odessa sendiri!

Lalu tiba-tiba saja sebuah organisasi bawah tanah Yahudi menawarkan untuk membantu Miller masuk ke Odessa. Kelompok ini ingin menyusupkan orang ke Odessa demi mendapatkan identitas para pelarian SS, untuk melenyapkan mereka. Mulailah penyamaran dipersiapkan, data dimanipulasi, paspor palsu disiapkan, informasi tentang identitas dan kebiasaan anggota Odessa dijejalkan ke otak Miller. Dan dalam waktu beberapa minggu, siaplah Herr Kolb (identitas baru Miller) memasuki jaringan Odessa, meski resikonya bila ketahuan adalah kematian.

Berhasilkah Miller dalam penyamarannya? Berhasilkah ia menemukan Roschmann? Dan apa sebenarnya lotif Miller mengambil resiko sedemikian besar untuk menemukan Roschmann? Semuanya akan terungkap setelah anda diajak Frederick Forsyth melalui serangkaian ketegangan khas thriller bertema politik dan konspirasi.

Tragedi kemanusiaan

Kali ini aku merasa diajak Frederick Forsyth memandang Holocaust dari sisi yang agak berbeda. Bukan melulu aspek manusiawi dan moral dari sisi kaum Yahudi saja, tapi justru dari sisi orang Jerman. Menurutku dengan melakukan Holocaust, Hitler sama-sama membawa kerugian bagi orang Yahudi maupun bagi bangsanya sendiri. Orang Yahudi kehilangan warganya, namun bangsa Jerman harus memikul dosa Nazi hingga ke generasi berikut(berikut)nya, meski mereka tidak ikut melakukan genosida, bahkan masih kecil atau belum lahir saat hal itu terjadi.

Lihat saja potongan pengalaman pahit Miller sendiri:

..di gereja Sacré Coeur…baru saja selesai upacara memperingati (kematian) seseorang. Beberapa orang keluar dan mereka mendengarkan aku berbicara bahasa Jerman dengan anak-anak lain. Seseorang di antara orang-orang itu berpaling dan meludahiku…. Apakah Ibu tahu apa yang telah diperbuat atas diri orang itu sebelum dia mati? Bukan oleh Ibu, Ayah atau aku, tapi oleh kita orang-orang Jerman, atau tepatnya Gestapo yang menurut jutaan orang sama saja. Aku diludahi bukan karena aku Gestapo, tapi karena aku seorang Jerman.” ~hlm. 136-137.

Pertanyaan yang mau tak mau juga mengemuka, apakah Holocaust itu dosa Nazi saja, atau dosa kolektif bangsa Jerman? Pertanyaan itu terjawab di buku ini:

..sebelum Hitler memulai, tidak seorang pun di Jerman yang membenci Yahudi. …Kemudian Hitler memulainya. Dia meyakinkan rakyat bahwa Yahudi lah yang bersalah menyebabkan Perang Dunia I. …Rakyat tidak tahu apa yang mesti dipercaya. Rakyat mempunyai kawan-kawan Yahudi, majikan-majikan Yahudi yang baik. ...ketika gerbong-gerbong itu datang dan membawa mereka pergi, rakyat tidak berbuat apa-apa. Mereka menyingkir, mereka diam. …Karena begitulah sifat manusia, terutama orang Jerman. Kita bangsa yang patuh. Inilah kekuatan kita, tapi juga kelemahan kita yang paling besar...ini yang membuat kita tunduk mengikuti orang seperti Hitler menuju jurang yang paling dalam.” ~hlm. 144-145.

Aku memberikan empat setengah bintang untuk buku ini. Boleh-boleh saja orang menyebut The Day of The Jackal sebagai karya terbaik Forsyth, menurutku memang begitu. Jackal nyaris sempurna sebagai karya tulis. Namun aku pribadi lebih menyukai pribadi Peter Miller yang lebih manusiawi ketimbang Jackal yang sempurna. Yang lebih aku sukai lagi adalah muatan emosional di kisah ini. The Odessa File bukan hanya menstimulasi logika (dan jantung) anda, namun ia juga akan membawa anda untuk sedikit merenung selama membaca buku ini.

Akhirnya, peristiwa holocaust memang telah menorehkan luka yang dalam bagi kemanusiaan di dunia, namun dari situ kita semua tentu juga belajar dari semua kekuatan maupun kelemahan pihak-pihak yang terlibat.

Judul: The Odessa File
Penulis: Frederick Forsyth
Penerjemah: Ranina B. Kunto
Penerbit: Serambi
Penyunting: Adi Toha
Terbit: November 2011
Tebal: 505 hlm

Tuesday, August 9, 2011

Désirée

Takdir itu aneh. Sering ia membawa manusia ke kehidupan yang sama sekali tak pernah terbayangkan, yang berbeda bahkan hampir 360 derajat. Takdir pula yang membawa seorang wanita Prancis, warga negara biasa bernama Bernadine Eugenie Désirée Clary, menjadi saksi sekaligus pelaku banyak hal penting di dunia saat ia hidup. Takdir juga membawa dua orang pria paling penting pada jaman Revolusi Prancis ke dalam kehidupan Désirée. Dua pria yang sama-sama mencintai Désirée dengan cara yang berbeda…

Désirée adalah putri keluarga kaya pedagang kain sutra yang terhormat di Marseilles pada sekitar abad 18-19. Ia tak secantik Julie, kakaknya, namun memiliki karakter pemberani. Saat berusia 14 tahun, kakak laki-lakinya dipenjarakan dalam kekisruhan akibat Revolusi Prancis. Demi membebaskan sang kakak, Désirée menemani kakak iparnya menghadap ke kantor Komite Keamanan Masyarakat. Lama menunggu antrean, Désirée akhirnya tertidur hingga malam tiba. Seorang staf Komite itu iba melihatnya dan mengantarkannya pulang. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Joseph Buonaparte, pemuda miskin yang berasal dari Korsika (pulau yang terletak antara Prancis dan Italia). Mengetahui bahwa Désirée gadis dari keluarga kaya, Joseph tertarik untuk menjalin hubungan dengannya atau kakak perempuannya yang menurut Désirée berwajah cantik. Saat itu menikahi gadis kaya sangat menguntungkan karena mas kawin yang besar. Di titik inilah Désirée membawa masuk takdir yang akan mengubah hidup keluarganya.

Joseph kemudian masuk ke dalam keluarga Clary dengan mengajak adik laki-lakinya yang menjadi Jendral: Napoleone Buonaparte. Joseph segera bertunangan dengan Julie, sementara api asmara mulai memercik di antara Désirée dan Napoleone. Napoleone adalah pemuda yang jauh dari tampan, bertubuh pendek, seragam Jendralnya usang, namun memiliki ambisi besar. Bahkan kelewat besar, karena secara samar-samar ia mengindikasikan bahwa suatu hari dirinya akan menjadi pemimpin besar. Sebuah pernyataan yang dianggap sekedar mimpi bagi Désirée saat itu. Karena usia Désirée saat itu baru 16 tahun, ibunya meminta Napoleone untuk menunggu, ketika akhirnya Napoleone melamar Désirée. Sementara itu Napoleone mulai mencari jalan untuk mewujudkan ambisinya di Paris. Adalah seorang perempuan panggilan yang saat itu tercantik di Paris bernama Josephine Beauharnais. Napoleone melihat kesempatan bagus untuk menjalin hubungan dengan orang-orang penting di sekitar Josephine, maka ia pun memutuskan untuk bertunangan lalu menikahi Josephine, alih-alih menikahi seorang gadis yang “hanya” putri pedagang sutra!

Anehnya, justru pada momen pengkhianatan tunangannya itulah, takdir membawa pria bernama Jean-Baptiste Bernadotte masuk ke dalam kehidupan Désirée. Aku sendiri sudah langsung jatuh cinta pada tokoh Bernadotte ini semenjak ia menggagalkan usaha bunuh diri Désirée yang ingin melompat dari atas jembatan karena patah hati. Begitu lembut dan gentleman sikap Bernadotte terhadap gadis kecil yang (dikiranya) miskin dan hanya rakyat biasa. Bahkan saat itu juga Bernadotte menyatakan keinginannya untuk menikahi Désirée! Namun baru beberapa tahun kemudian secara tak sengaja Désirée berjumpa kembali dengan Bernadotte dalam suatu kunjungan si pria, yang kini telah menjadi Jendral, ke rumah Joseph dan Julie. Dalam pertemuan kedua inilah keduanya akhirnya menikah.

Sejak itu, hidup Désirée akan mengalami banyak gejolak. Bernadotte menjadi Menteri Perang untuk Napoleon Bonaparte (yang telah mengganti nama Korsikanya agar menjadi lebih “Prancis) yang telah menjadi Konsul Pertama Prancis. Seperti Napoleon, Bernadotte juga lahir dari keluarga miskin. Selama beberapa saat ia hanyalah seorang sersan. Seperti Napoleon pula, Bernadotte memiliki ambisi politik. Namun, berbeda dengan Napoleon yang ambisinya murni ambisi pribadi (untuk membuat dirinya paling tinggi dan paling agung, tak peduli harus mengorbankan banyak orang), ambisi Bernadotte lebih kepada idealisme dan kecintaannya pada Republik. Itulah yang membuatnya lantas berseberangan dan bermusuhan dengan Napoleon yang ingin menjadikan Prancis negara monarki, tentu saja dengan dirinya yang menjadi Kaisar Napoleon!

(gambar: lukisan Désirée saat muda -- sumber: wikipedia)

Keluar dari bayang-bayang Napoleon, karir Bernadotte pun melesat hingga akhirnya ia dijadikan Putra Mahkota Swedia setelah membuktikan dirinya sebagai panglima perang yang mumpuni dan pemimpin yang hebat. Bernadotte pula yang menjadi arsitek koalisi Rusia, Inggris dan Swedia ketika akhirnya mereka mengalahkan Napoleon dengan telak di Moskow. Kita semua tahu dari sejarah, bahwa Napoleon akhirnya dibuang ke Pulau Elba, namun lalu menyusun serangan lagi dan kembali memasuki kota Paris dalam kemegahan, hanya untuk kemudian benar-benar hancur dan akhirnya menjalani pembuangan di pulau St. Helena, di mana ia akhirnya menemui ajalnya. Sedang Jean-Baptiste Bernadotte akhirnya mencapai karir tertingginya ketika dinobatkan sebagai Raja Swedia dan Norwegia. Dinasti Bernadotte menjadi cikal bakal banyak kelurga monarki di negara-negara Skandinavia hingga kini. Dan tentu saja, seiring segala perubahan status Bernadotte, berubah pula kehidupan dan status istri tercintanya: Désirée. Si anak pedagang sutra Marseilles itu akhirnya menjadi seorang ratu!

salah satu lukisan Jean-Baptiste Bernadotte (sumber: wikipedia)

***

Kalau anda merasa penuturan sejarah Prancis jaman Napoleon ini rumit, jangan berpikir untuk meletakkan buku ini sebelum tamat! Karena semua detail sejarah itu telah dibungkus oleh Annemarie Selinko –sang penulis—dengan kisah yang indah dan emosional. Karakter Désirée dan perjalanan hidupnya amat menarik. Karena kisah ini berupa diary yang ditulis Désirée setiap kali ada kejadian penting, maka anda serasa mendampingi Désirée di setiap momen dalam hidupnya. Anda akan melihat kemanjaannya kepada Jean-Baptiste, ikut merasakan juga kehangatan dekapan Jean-Baptiste pada Désirée, atau gejolak perasaan Désirée setiap kali Jean-Baptiste harus meninggalkannya demi membela negara. Atau bagaimana gelisahnya Désirée ketika menanti-nanti kedatangan Jean-Baptiste dari medan perang, ketika ia terlonjak tiap mendengar suara kereta kuda mendekat, dan bagaimana kegembiraan meledak ketika akhirnya Jean-Baptiste datang, menghambur masuk ke rumah untuk menumpahkan kerinduannya dengan mencium Désirée. Tenggorokan anda akan tercekat ketika Désirée menyadari bahwa dirinya bodoh dan tak layak menjadi Ratu Swedia mendampingi suaminya, maka ia pasrah bila Jean-Baptiste harus mengambil istri kedua atau selir. Lalu bayangkan betapa leganya ketika anda seolah turut mendengar bahwa bagi Jean-Baptiste, Désirée akan tetap dan selalu akan menjadi istrinya….

Di sisi lain, anda akan turut berdebar-debar tiap kali Napoleon memanggil Désirée atau ketika Désirée harus menemui sang Kaisar. Dari goresan tinta Désirée yang seolah-olah sedang anda baca, mungkin anda –seperti aku juga—akan dapat mengambil kesimpulan bagaimana perasaan Napoleon sesungguhnya terhadap Désirée. Apakah ia pernah mencintainya? Anda juga akan bisa merasakan betapa gamangnya Désirée setiap kali ia harus menunaikan tugas penting yang akan turut mengubah sejarah. Dari tiap kejadian itu, anda akan melihat keberanian yang tersimpan dalam tubuh mungil Désirée. Satu hal yang aku kagumi darinya adalah tekatnya untuk tetap menjadi dirinya sendiri, meski ia sudah menjadi Ratu. Menjadi Ratu atau status lainnya, adalah status yang diberikan oleh dunia, sedang kita adalah diri kita apa adanya, seperti apa kita dilahirkan. Dari awal hingga akhir Désirée berulang-ulang menyebutkan dirinya sebagai putri pedagang sutra terbesar di Marseilles, seolah untuk terus mengingatkan diri akan jati dirinya, dan untuk tetap membawa kehormatan ayahnya dalam dirinya. Hal yang ia ajarkan pada anak dan menantunya untuk selalu ditanamkan pada keturunan mereka kelak.

Akhirnya, Désirée telah mempesonaku. Dengan sejarahnya, dengan karakternya, dengan kisah cintanya. 5 bintang untukmu dan untuk Annemarie Selinko yang telah menulis buku ini sedemikian rupa sehingga mampu membuatku turut terlibat ke dalam jalinan kisahnya. Terima kasih buat penerbit Serambi dan penerjemah mbak Istiani Prajoko yang telah menerjemahkan buku ini. Sayang, ada typo yang cukup mengganggu di halaman 432, keterangan waktu yang seharusnya: Paris, 30 September 1810 – keliru tercetak Paris, 30 September 1980. Semoga kesalahan itu bisa diperbaiki di edisi-edisi berikutnya. Bagaimanapun, Désirée adalah buku yang sangat layak dinikmati…

Judul: Désirée
Judul asli: Désirée, by Phoenix Press, London, 2002
Penulis: Annemarie Selinko
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penerbit: Serambi
Terbit: Mei 2011
Tebal: 686 hlm