The Thorn Birds adalah sebuah family saga yang ber-setting
utama di Drogheda, desa peternakan domba di Australia pada tahun 1915 hingga
1969. Paddy Cleary adalah seorang pencukur bulu domba sederhana yang menikah
dengan Fiona "Fee" Cleary yang aristokratik. Frank adalah putra
sulung mereka yang tidak pernah akur dengan ayahnya, namu sangat dekat dengan
ibunya. Meggie adalah satu-satunya putri yang mereka miliki. Dari kecil sudah
nampak kedekatan Meggie pada Frank, kakak yang selalu dengan lembut mencintai
dan melindungi Meggie. Dari sejak kecil anak-anak keluarga Cleary telah dididik
untuk tidak manja. Paddy adalah ayah yang disiplin dan keras, sedang Fiona
adalah ibu yang sangat tertutup, tanpa emosi, dan tak pernah tersenyum, meski
selalu membaktikan diri untuk suami, anak, dan rumah tangganya.
Suatu hari datanglah seorang Pastor bernama Ralph de
Bricasart. Ia imam dari Gereja Katolik yang memiliki ambisi menduduki jabatan
tinggi di Roma, namun terbuang ke Drogheda yang kering dan penuh lalat karena telah
menghina seorang uskup. Pemilik peternakan domba terbesar di Drogheda adalah
Mary Carson, seorang janda tua yang kaya raya, yang meski tua namun mengagumi
Pastor de Bricasart yang muda, tampan dan gagah. Keduanya pun berteman akrab.
Mary Carson mengundang keluarga Cleary untuk tinggal di Drogheda, yang kelak
akan diwariskan kepada Paddy sebagai adik satu-satunya yang masih hidup.
Keluarga Cleary pun pindah, dan di sinilah awal perkenalan Ralph de Bricasart
dengan Meggie kecil. Keduanya akrab dari awal, dan lama kelamaan tumbuh
perasaan cinta di hati keduanya. Ya! Di hati sang Pastor juga, yang seharusnya
hidup selibat!
Berhubung kisah ini adalah sebuah family saga, maka
ceritapun mengalir semakin melebar, ke beberapa anggota keluarga Cleary. Mulai
dari Frank yang sangat ingin keluar dari rumah untuk menghindari ayahnya,
hingga ke putra Meggie—Dane—yang ingin menjadi imam, serta putri Meggie—Justine—yang
cuek, sinis, dan tomboi. Namun di antara itu, yang menjadi benang merah kisah
ini selalu perasaan cinta Meggie dan Ralph yang tak mungkin bersatu. Ralph tak
mau "melepas jubah", bukan karena ia lebih mencintai Tuhan ketimbang
Meggie, tapi menurutku lebih karena ambisi Ralph menduduki kursi Kardinal—ambisi
yang sedari awal sudah dilihat Mary Carson, dan yang menurutnya suatu saat akan
membuat Ralph jatuh.
Di sisi lain, Meggie tak mau dan tak mampu memahami bahwa
dirinya takkan pernah dapat bersatu dengan Ralph. Memang Meggie akhirnya
menyerah, namun di samping cintanya pada Ralph, ia tetap menumbuhkan dendam kepada
pria itu karena meninggalkan Meggie demi ambisinya. Ambisi itu akhirnya membawa
Ralph ke Roma, memangku jabatan sebagai Kardinal. Sementara Meggie ‘terpaksa’
menerima pinangan seorang pria yang amat mirip dengan Ralph, bernama Luke. Bahagiakah
akhirnya Meggie? Dan akankah ia kelak bertemu kembali dengan Ralph? Bagaimana
dengan Ralph, apakah ia bahagia setelah ambisinya tercapai? Akankah ia
menghapus kenangannya akan Meggie dan ‘kembali ke jalan yang benar’ dengan hanya
mencintai Tuhan?
Ini novel yang lumayan melelahkan. Colleen McCullough
benar-benar intens bercerita tentang kehidupan keluarga Cleary ini sehingga
anda akan merasa bahwa keluarga itu sungguh pernah ada, dan kisah ini bukanlah
fiksi melainkan biografi. Karena begitu cermatnya McCullough menggarap detil
kisahnya, alurnya pun menjadi sangat lambat. Di beberapa bagian aku sempat
‘melompat-lompat’ karena penjelasan yang terlalu panjang lebar—dan yang
ternyata walau dilewati, tetap tak berpengaruh pada cerita. Kesimpulannya, The
Thorn Birds memang bukan historical fiction biasa (bukan meniru jargon iklan!),
ia lebih tepat disebut family saga. Dan meski aku sadar bahwa Colleen
McCullough telah menggarapnya dengan apik, namun aku tetap kurang dapat
menikmatinya.
Hal itu masih ditambah pula dengan para karakter utama
yang—menurutku—dangkal. Aku muak pada Ralph de Bricasart yang tak punya
pendirian dan serakah. Kalau memang tak bisa melupakan Meggie, lepaslah jubahmu
dan jadilah suami yang berdedikasi pada keluarga! Kalau memang mau melayani
Tuhan, jadilah pelayan yang baik dan berikan hatimu hanya untukNya! Karena kau
mau menggenggam keduanya, maka tak satupun yang akan kaudapat, dan dosamu malah
berlipat dua! Meggie sendiri adalah perempuan yang egois dan keras kepala, yang
hanya memikirkan perasaannya sendiri. Pada akhirnya ia juga yang membuat Ralph “jatuh”.
Kesimpulannya, tak ada satupun tokoh utama yang dapat dibanggakan dalam kisah
ini, dan mungkin faktor itulah yang mungkin membuatku hanya mampu memberikan
tiga bintang bagi kisah yang banyak dibilang bagus ini.
Judul: The Thorn Birds
Penulis: Colleen McCullough
Penerjemah: Lanny Murtihardjana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2007
Tebal: 688 hlm
Klo baca bukunya memang rada 'nyebelin' Fanda, aq sich gara-gara liat filmnya duluan jadi suka, soalnya yang jadi Ralph si Richard Chamberlain hehe ...
ReplyDeleteDan memang tokoh-tokoh disini digambarkan bukan *super-hero* melainkan manusia-manusia yang harus bergulat dengan musuh paling menakutkan yaitu 'ego-keserakahan-ketamakan-kejayaan-kemahyuran' pada diri mereka masing-masing. Bahkan tokoh agama sekaliber Uskup Agung-pun punya kelemahan, dan manusia yang dianggap 'suci' seperti Dane juga punya rasa kasih yang berlebih yang menyebabkan kematiannya. (ini juga salah satu dosa lho menurut agama, klo kisah pewayangan ada cerita tersendiri tentang dosa-dosa ini )