Friday, April 27, 2012

The Court of the Lion (1)


Pada tahun 738, Dinasti Tang sedang berkuasa di tanah China, lewat tangan Kaisar Minghuang. Jaman itu merupakan salah satu jaman keemasan yang dinikmati rakyat. Sang Kaisar memimpin dengan adil serta cakap, baik dalam mengelola kesejahteraan rakyat maupun memelihara keamanan di dalam negeri. Namun, keamanan itu nampaknya semu, karena justru di balik dinding-dinding tinggi istana kekaisaran itu sendiri sedang muncul riak-riak pertama awal sebuah badai politik. Inilah inti dari kisah The Court of the Lion yang dikisahkan oleh Eleanor Cooney bersama Daniel Altieri.

Cerita bermula dari kamar tidur Putri Wu, salah satu istri Kaisar yang—meski paling banyak menyumbangkan keturunan bagi penerus tahta—namun bukan merupakan kesayangan Kaisar yang menganggapnya terlalu subur. Justru Permaisurinya yang cantik, ramping karena tak pernah bersalinlah yang memiliki tempat teristimewa di hati Kaisar sebagai Istri Kesayangan. Dasar manusia yang serakah dan tak pernah puas, segera tumbuh iri hati di antara keduanya karena tak memiliki kelebihan yang tak dimiliki lainnya. Di titik ini, mulailah terjadi intrik politik di istana para istri. Ya, para wanita ternyata memiliki cara tersendiri dlam berpolitik di dalam istana!

Diawali dengan munculnya bunga-bunga artifisial yang ternyata berisi puisi bernada menghasut, dan disusul oleh munculnya penyihir yang konon berusia 100 tahun dan tinggal di salah satu sudut istana. Lalu mulailah petaka datang. Awalnya kematian putra mahkota, lalu disusul terbongkarnya rahasia Istri Kesayangan yang menyebabkannya diasingkan dan akhirnya bunuh diri. Dua bencana susul menyusul itu membuat Kaisar amat sedih lalu menjauhkan diri dari pemerintahan untuk mengurung diri di kamarnya untuk bersedih. Sementara itu roda pemerintahan sementara dikendalikan Perdana Menteri Li Lin-fu yang cerdik dan ambisius.

Melihat Kaisar murung, Kepala Kasim Kao Li-shih tak tinggal diam. Meski ia “hanya” seorang kasim, jangan dikira ia tak paham tentang politik. Justru karena ia banyak beredar di istana, ia amat paham akan intrik dan politik yang diam-diam terangkai di sekitarnya. Apalagi ketika seorang penyair istana hendak memberitahukan sesuatu yang maha penting kepada Kao Li-shih, namun si penyair justru lenyap tanpa bekas pada hari mereka seharusnya bertemu. Melihat Li Lin-fu yang makin agresif, Kao Li-shih tiba pada kesimpulan, bahwa Kaisar Minghuang harus ‘dihidupkan’ kembali, sebelum dinasti ini jatuh ke tangan pemberontak. Namun apa yang mampu membangkitkan sang Kaisar dari keterpurukan?

Kupikir, hanya seorang Kepala Kasim lah yang akan mampu memikirkan (sekaligus mengeksekusi dengan sempurna) sebuah rencana halus yang akan mengubah suasana di istana…

Buku yang kubaca ini adalah bagian pertama dari tiga buku, jadi mungkin wajar kalau di awal cerita (terlalu) banyak penjelasan yang panjang lebar tentang masing-masing tokoh yang akan mengambil peranan penting di keseluruhan cerita. Tapi kadang-kadang aku tak merasa perlu untuk mendalami—misalnya—masa muda Kao Li-shih hingga ia menjadi kasim. Kalau penjelasan itu singkat, hanya untuk memberikan gambaran tentang karakter si Kasim, aku maklum. Namun menurutku menjadikannya beberapa halaman sungguh tak perlu (aku melompati bagian ini dan toh tak merasa terganggu membaca bagian berikutnya).

Sejauh ini, The Court of the Lion menggambarkan intrik di dalam istana dengan cerita yang berbelit dalam paragraf-paragraf panjang, tepat seperti bagaimana intrik itu dijalankan—licin dan berbelit—sehingga mungkin saja orang luar tak pernah menyadarinya. Cerita hanya berderap agak cepat ketika beralih ke tokoh An Lu-shan, mantan budak yang moncer karir politiknya, sehingga direkrut oleh Perdana Menteri Li Lin-fu untuk memperkuat militernya. Kelak di buku berikutnya, aku percaya An Lu-shan akan mengambil peranan lebih banyak dan penting daripada di buku pertama ini.

Kesan keseluruhanku terhadap buku ini…lumayan melelahkan untuk dinikmati, tapi tetap membuat penasaran juga… Tiga bintang untuk The Court of the Lion ini!

Judul: The Court of the Lion (1)
Penulis: Eleanor Cooney & Daniel Altieri
Penerjemah: Fahmi Yamani
Penerbit: Serambi

Terbit: Februari 2012

Tebal: 585 hlm

2 comments:

  1. covernya keren, Mbak.. reviewnya seperti biasa.. mantab. :D

    ReplyDelete
  2. wahaha iya bener, terlalau bertele-tele dan bisa bosan bacanya. tp mungkin lewat situlah penulis ingin menunjukkan kepiawaiannya dalam menuliskan hal-hal yang berkenaan dengan sejarah kekaisaran di China

    ReplyDelete

Bagaimana pendapatmu?