"Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." (Mat 27:19)
Istri Pontius Pilatus mungkin saja takkan pernah dikenal dunia, kalau bukan karena campur tangannya dalam peristiwa penyaliban Yesus, meski perannya sangat kecil. Sejarah Claudia, nama sang istri Pilatus, juga tak banyak memberi kejelasan. Namanya pun hingga kini masih belum dipastikan, ada yang menyebutnya Claudia Procula, ada pula yang mencantumkan Claudia Procles. Dengan begitu minimnya data sejarah yang ada, memaksa Antoinette May--seorang jurnalis, untuk membuat tulisan mengenai Claudia sebagai karya fiksi bergenre historical fiction. Meski aku juga ragu apakah kadar sejarah dalam buku ini memang ada. Baiklah, kita mulai mengupasnya saja...
Kisah Istri Pilatus dimulai dari masa kecil Claudia di propinsi Galia. Ibu Claudia adalah sepupu Agrippina yang adalah cucu Kaisar Agustus. Agrippina menikah dengan Germanicus, seorang Panglima Tertinggi tentara Rhine, anak hasil adopsi kaisar yang saat itu memerintah, yaitu Tiberius (pada th. 16 Masehi). Ayah Claudia merupakan orang kedua di bawah Germanicus, sehingga keluarga Claudia pun harus hidup berpindah-pindah sesuai penugasan Germanicus. Sejak usia 10 tahun, Claudia telah menyadari bakatnya sebagai seorang peramal lewat media mimpi. Salah satu yang pernah hadir dalam mimpinya, adalah bahaya yang dihadapi Germanicus, paman yang amat disayanginya.
Sosok Germanicus dengan cepat menjadi pahlawan yang dicintai rakyat, dan semua orang pun yakin cepat atau lambat ia akan naik takhta menjadi kaisar berikutnya. Semua kecuali Tiberius, tentu saja. Sementara itu, Germanicus dan keluarga Claudia akhirnya masuk ke Roma. Suatu saat mereka semua pergi menonton pertunjukan gladiator di Circus Maximus bersama Tiberius. Saat itu Claudia berhasil menebak (atau dalam hal Claudia, meramal) pemenang pertandingan, yaitu seorang gladiator muda bekas budak bernama Holtan.
Lalu kisah pun bergulir mengenai sanak keluarga Claudia. Marcella--kakaknya tertangkap basah bercinta dengan Caligula, putra Germanicus, dan akhirnya dihukum oleh Ibu Suri Livia dengan menjadikannya Perawan Vesta. Caligula ini adalah salah seorang kaisar Romawi yang bengis dan setengah gila yang kita ketahui lewat sejarah. Kaisar Nero--yang melakukan pembakaran dan penyiksaan banyak umat Kristen di jaman Rasul Paulus, juga berasal dari keturunan Germanicus.
Bagaimana dengan Claudia? Di usianya yang beranjak dewasa, ia menemukan ketenangan dalam penyembahan dan pemujaan kepada Dewi Isis. Ia bahkan menjalani semacam 'tahbisan' sebagai pengikut Dewi Isis tanpa seijin orang tuanya. Pemujaannya ini agak menyimpang dari kebiasaan, karena dewi yang ia sembah adalah dewi Mesir. Selanjutnya, hingga ia dewasa, Claudia selalu menggantungkan dirinya pada pertolongan Isis, lewat benda bernama sistrum yang ia kenakan di lehernya sebagai semacam kalung jimat. Ada yang menarik saat Claudia pertama kali menginjakkan kaki ke kuil Isis. Di sana ia bertemu seorang pemuda misterius berusia 20 tahun yang matanya seolah mampu menembus jiwa. Pemuda itu memperkenalkan dirinya sebagai Yeshua, atau di Romawi disebut Yesus....
Saat tiba waktunya mencari jodoh, ia terpikat pada seorang pria muda yang karirnya sedang menanjak, bernama Pontius Pilatus. Saat itu Pilatus adalah centurion (perwira) yang baru mendapat kemenangan. Demi mendapatkan cinta Pilatus, Claudia pergi ke kuil Isis dan meminta semacam mantra dari pendetanya. Pilatus muda memang terpikat pada Claudia, namun jelas terlihat dari awal, bahwa itu bukan karena mantra. Ia mencintai Claudia karena keunikannya, karena pandangan-pandangannya yang ia hormati. Singkat kata, menikahlah Claudia dengan Pilatus.
Awalnya, hidup perkawinan mereka tampak indah dan sempurna. Namun tiba-tiba terjadi hal yang tak disangka-sangka. Germanicus tiba-tiba sakit keras, dan tak ada dokter yang bisa mengobati hingga ajalnya tiba. Desas-desus pun beredar bahwa Germanicus dikutuk. Pamor keluarga Claudia pun merosot karena berseberangan dengan sang kaisar. Saat itu Claudia mendapati dirinya hamil, namun sayangnya ia keguguran sehingga tak mampu memberikan putra yang didambakan Pilatus.
Entah karena itu, atau karena ambisinya, Pilatus segera saja memiliki beberapa kekasih, wanita-wanita berpengaruh di Roma. Meski pendeta Isis menenangkan Claudia, bahwa hanya dirinyalah yang dicintai Pilatus, Claudia menjadi tak bahagia. Di saat itulah, sang gladiator tampan dari masa remajanya, kembali memasuki hidupnya. Holtan segera menjadi kekasih gelapnya. Cinta Claudia kepada Pilatus pun segera pupus, bahkan putri yang akhirnya dilahirkan Claudia bagi suaminya, tak sanggup mengubah perasaan Claudia.
Kisah tentang kehidupan Claudia ini memenuhi hampir tiga perempat buku ini, sebelum peristiwa besar itu datang. Semuanya bermula ketika Pilatus ditugaskan Tiberius menjadi gubernur Romawi di Yudea. Di Yudea, Claudia bertemu dengan teman lamanya, seorang pelacur tingkat tinggi bernama Miriam dari Magdala. Kelak ia dikenal sebagai Maria Magdalena, pengikut Yesus yang setia.
Nah, bagian inilah yang membuatku kurang suka dengan karya Antoinette May ini. Miriam dikisahkan jatuh cinta, lalu menikah dengan Yesus di Cana. Aku sadar, bahwa karya ini adalah karya fiksi. Sama seperti karya-karya Dan Brown. Namun menurutku, May telah mengambil resiko terlalu besar. Dengan mengambil tema Istri Pilatus, tentu pembaca mengharapkan karya fiksi ini berhubungan dengan kisah Alkitab. Menurutku, jauh lebih baik bila May tetap mempertahankan kisah asli dari Alkitab, sambil menambahkan detail fiktif ke dalam karakter Claudia. Apalagi fakta yang ia ubah di sini sangatlah sensitif, yaitu mengenai Yesus. Entahlah, tapi bagiku pribadi, bagian ini sangat mengganggu keseluruhan kisah. Seorang penulis harusnya peka dalam menciptakan fiksi sejarah. Ada hal-h`l vital yang sebaiknya dibiarkan saja, dan menambahkan detail-detail yang kurang saja. Dengan cara yang ia ambil ini, May menjadi tak ubahnya (maaf) Dan Brown, yang mengumbar sensasi belaka ketimbang menyuguhkan historical fiction yang bermutu.
Kembali pada kisah Claudia, hasratnya pada Holtan makin menggebu hingga akhirnya ia pun selingkuh. Satu hal lagi yang rasanya aneh. Sejak awal Claudia lah yang 'ngebet' mendapatkan cinta Pilatus, sampai rela 'mengemis' mantra pada Isis. Pilatus akhirnya memhlih Claudia dan mencintainya sepenuh hati, namun tiba-tiba saja hati Claudia tertutup bagi Pilatus gara-gara godaan seorang gladiator. Terus terang saja, aku tak suka pada karakter Claudia yang plin plan sekaligus egois ini. Sepanjang kisah, terlihat bahwa Claudia sangat impulsif. Ia sering menempuh bahaya, hanya untuk memenuhi keinginannya. Bayangkan, seorang istri gubernur menerima Miriam yang pelacur di rumahnya, hanya karena Miriam sahabatnya. Atau ia nekad bertemu dengan selingkuhannya, Holtan, saat ia seharusnya mendampingi Pilatus dalam situasi kritis. Sungguh, Claudia itu wanita egois dan bodoh!
Memasuki seperempat terakhir buku ini, kisah memang meruncing, dan banyak bagian dari Alkitab dikisahkan di sini. Di antaranya pesta Herodes, di mana Salome--dipengaruhi Herodias ibunya, menari dan akhirnya meminta kepala Yohanes Pembaptis kepada Herodes yang tergiur pada kecantikan Salome. Masuknya Yesus menunggang keledai ke Yerusalem, dielu-elukan banyak orang yang membawa daun palem, juga diabadikan di sini. Dan akhirnya, penangkapan Yesus hingga dihadapkan pada pengadilan Pilatus. Claudia, yang sebelumnya sering mengalami mimpi mengerikan tentang pria bermahkota duri, segera menyadari nasib Yesus. Termasuk, bagaimana nasib Yesus itu juga akan mempengaruhi takdir Pilatus. Dalam mimpinya, ia melihat bahwa nama Pilatus akan terus bergema menjadi salah satu penyebab Yesus disalibkan. Karena itulah, ketika situasi makin genting, ketika rakyat berteriak-teriak minta Yesus disalibkan, Claudia pun mengirim pesan bersejarah itu kepada Pilatus.
Lukisan yang menggambarkan Yesus diadili oleh Pilatus
Tentu saja, akhirnya telah kita ketahui bersama. Tak mungkin seorang Antoinette May sanggup mengubah bagian 'yang ini'. Ada lagi bagian kecil yang membuatku muak juga, masih berkaitan dengan tokoh Miriam, setelah Yesus disalibkan. Mungkin sebaiknya tak kuungkap di sini, agar akhir kisah ini tetap terjaga, termasuk bagaimana keputusan Claudia untuk memberikan cintanya. Akankah ia berpaling pada Holtan, atau tetap bersama Pilatus?
Untuk semua alasan yang kuungkapkan di atas, tiga bintang kuberikan pada Istri Pilatus ini. Di luar kisahnya sendiri, penerbit Gramedia telah menyuguhkan sebuah kisah sejarah ber-setting Romawi dengan terjemahan yang bersih, dan desain cover yang menawan.
Judul: Istri Pilatus (Pilate's Wife)
Penulis: Antoinette May
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Desain cover: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2011
Tebal: 544 hlm