“Delizioso!”, celoteh bayi perempuan berusia 8 bulan itu setelah mengecap air susu dari payudara ibu susunya. Ya, anda tak salah baca! Kata dalam bahasa Italia yang artinya “lezat” itu keluar dari mulut seorang bayi, yang bukan hanya dapat melafalkan kata itu dengan benar, namun juga memahami sensasi yang diekspresikan kata itu. Jadi, tak mengherankan kan, kalau si bayi itu kemudian tumbuh menjadi seorang gadis yang amat pandai. Alessandra Giliani, nama gadis itu. Lahir di awal abad 14 bukanlah waktu yang tepat bagi seorang perempuan yang memiliki cita-cita setinggi langit, meskipun “setinggi langit” di sini hanyalah berarti mempelajari ilmu kedokteran di bangku kuliah. Resiko terbesar bagi perempuan yang mau mendobrak dominasi kaum pria seperti itu, adalah dibakar! Namun resiko itu dikalahkan oleh gabungan impian dan keberanian dari Alessandra, gadis muda dari Persiceto, Italia.
Sejak kecil Alessandra telah menunjukkan ketertarikan pada alam sekitar. Tak seperti anak gadis umumnya yang tinggal di rumah dan membantu ibunya mengurus rumah tangga, Alessandra senang bertualang di alam bebas, memperhatikan makhluk hidup dan semua fenomena alam. Ia biasa bepergian secara diam-diam bersama abangnya: Nicco yang amat menyayanginya. Ibu Alessandra meninggal saat ia masih kecil, dan seorang ibu tiri yang tak menyukainya menggantikan tempat di sisi ayahnya. Ursula, ibu tirinya itu, sangat ingin “menendang” keluar Alessandra dari rumahnya, maka ia dan ayah Alessandra mengatur sebuah perjodohan dengan anak pengusaha kaya. Demi mengejar impian dan menghindari perkawinan, Alessandra pun merancang rencana untuk melarikan diri ke Bologna demi belajar kedokteran.
Untunglah, ritual sebelum pernikahan bagi gadis anak orang kaya di masa itu, adalah menjalani pingitan di biara. Alessandra pun akhirnya melarikan diri dari biara tempat ia dipingit. Masalah kedua yang harus dihadapi Alessandra di tempat tujuannya adalah kenyataan bahwa gadis atau perempuan tak boleh mengikuti pelajaran. Namun bukan Alessandra kalau tak dapat memikirkan solusinya. Samaran sebagai seorang pemuda dipakainya, sehingga ia akhirnya menjelma menjadi Sandro, mahasiswa cerdas di Bologna.
Apakah semuanya lantas berjalan dengan lancar? Tentu saja tidak. Awalnya seorang mahasiswa miskin yang sama-sama magang di kediaman professor kedokteran Mondino de’ Liuzi, memergoki samarannya. Belum lagi si mahasiswa ganteng bernama Otto yang mulai menebarkan benih-benih cinta dalam hatinya. Namun di luar itu, impian Alessandra untuk belajar kedokteran berjalan mulus. Bahkan Mondino mengangkatnya sebagai asisten yang tugasnya melakukan pembedahan pada mayat, sementara sang professor menjelaskan anatomi tubuh pada mahasiswa-mahasiswanya. Kepandaian dan ketrampilannya memegang pisau bedah dengan cepat beredar ke seluruh Bologna.
Sementara itu di Persiceto, rencana untuk menikahkan Alessandra telah semakin dekat. Ayahnya, diikuti diam-diam oleh Nicco, berangkat ke Bologna untuk menemui calon menantunya. Siapakah ia? Dan bagaimana kalau ayahnya menemukan Alessandra dalam samarannya sebagai Sandro di Bologna?
***
Belajar Kedokteran dan Anatomi di Bologna
Banyak hal menarik yang kutemui di buku ini. Salah satunya adalah proses belajar para mahasiswa di Bologna. Alih-alih mendaftarkan diri ke universitas tertentu untuk mendapatkan pengajaran, para mahasiswa mendirikan asosiasi mahasiswa dan mengundang ahli/profesor yang mereka pilih sendiri untuk mengajar mereka, di tempat yang mereka tentukan sendiri yang tak terjadwal, namun biasanya di lapangan terbuka. Jadi, untuk mendapatkan pengajaran, anda cukup membayar kepada asosiasi, lalu mulai mengikuti pelajaran. Hal menarik kedua adalah cara mengajar professor Mondino de’ Liuzi. Ia biasa duduk di kursi pengajar yang tinggi (mengingatkanku pada kursi wasit bulu tangkis), dengan 2 orang asisten menekuri sebujur mayat segar. Salah satunya akan melakukan pembedahan, satunya lagi akan menunjukkan bagian yang disebutkan oleh Mondino dalam pengajarannya, seraya mengutip dari bukunya, sementara para mahasiswa menyimak di seberangnya.
Begini kira-kira pose saat Mondino mengajar, bersama Alessandra yang membantu pembedahan
Tapi yang paling menarik, tentu saja, mengenai apa yang diperjuangkan oleh Alessandra semasa hidupnya yang singkat. Setelah mondok di kediaman professor Mondino, sekaligus menjadi asisten tetapnya, Alessandra menemukan dirinya tenggelam dalam ketertarikan pada bidang anatomi dan pembedahan. Setelah beberapa kali mempraktekkan pembedahan pada mayat babi (berkat bantuan Otto), Alessandra akhirnya menemukan suatu teori yang mengagumkan: sirkulasi darah di tubuh manusia. Alessandra membuat 2 cairan pewarna dengan warna merah dan biru. Setelah mengeringkan darah dari mayat segar manusia sungguhan, ia menyuntikkan cairan biru dari sebelah kanan jantung, dan merah dari sebelah kiri. Dengan cara ini Alessandra adalah manusia pertama di dunia yang pernah menyaksikan perjalanan darah dari bilik kiri jantung ke bilik kanan jantung, dari jantung ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung (mungkin dari sinilah pembuluh arteri diberi warna merah dan pembuluh vena diberi warna biru pada pelajaran biologi kita!). Pendek kata, penemuan itu adalah penemuan yang mematahkan apa yang pernah dipelajarinya hingga saat itu, bahkan dari gurunya sendiri: Mondino.
Jelaslah bahwa Alessandra telah membuktikan bahwa perempuan sepertinya juga mampu berkiprah di dunia ini. Jauh sebelum emansipasi digaungkan, Alessandra telah menjadi ahli anatomi perempuan pertama di dunia. Dengan pencapaiannya itu, Alessandra seolah berteriak pada dunia bahwa masa depan seorang perempuan bukan saja terletak di antara 2 pilihan: masuk biara atau menikah. Perempuan pun dapat menggapai jenjang pendidikan dan karir seperti halnya pria. Dan untuk berhasil, dibutuhkan lebih dari sebuah niat, keberanian untuk mengambil resiko lah yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan kita.
Sejumput romantika, secuil biologi dicampurkan ke dalam semangkuk kisah emansipasi, menghasilkan ramuan bacaan yang menghibur sekaligus mencerahkan ini! 4 bintang untuk A Golden Web, dan aku berharap penerbit Atria akan semakin banyak menerbitkan kisah-kisah sejarah yang berbobot seperti ini sambil tetap mengusung keceriaan dalam kisah bernuansa young-adult!
Judul: A Golden Web
Pengarang: Barbara Quick
Penerbit: Atria
Terbit: Maret 2011
Tebal: 272 hlm
No comments:
Post a Comment
Bagaimana pendapatmu?