Membaca kisah ini serasa bak membaca dua buah buku yang sama sekali berbeda, namun pada saat yang berbarengan. Kisah pertama dengan tokoh utama Alessandra Rossetti terjadi pada abad 17 di Venesia, sedangkan kisah kedua mengenai seorang sastrawati di Boston bernama Claire Donovan yang sedang mengerjakan disertasi tentang Revolusi Spanyol yang terjadi di Venesia pada masa hidup Alessandra Rossetti. Namun kenyataannya, kedua kisah yang berbeda jaman dan memiliki tokoh-tokohnya masing-masing itu adalah sebuah kesatuan kisah yang telah dirajut dengan sangat manis dan tertata baik oleh Christi Phillips, penulis Surat Rossetti, (atau The Rossetti Letter, judul aslinya) ini.
Revolusi Spanyol memang terekam dalam sejarah, terjadi pada bulan Maret 1617 di Venesia. Meski peristiwa sesungguhnya masih menjadi misteri hingga kini, namun sejarah mencatat bahwa Marquis Bedmar-Duta Besar Spanyol dan Duke Ossuna-Raja Muda Milan adalah inspirator konspirasi ini, mereka bersekongkol dengan tujuan untuk mengukuhkan kekuasaaan Spanyol atas Venesia. Dalam kisah ini, Christi lalu memasukkan tokoh Alessandra Rossetti, seorang pelacur tingkat tinggi di Venesia yang berkat surat yang ditulis dan dikirimkannya ke Dewan Agung, telah berhasil menggagalkan konspirasi itu.
Claire Donovan adalah sastrawati yang berambisi menjadi pengajar sejarah di universitas bergengsi. Untuk itu, pertama-tama ia harus menelurkan sebuah makalah yang orisinil. Dan misteri Revolusi Spanyol yang belum terungkap itulah topik yang dipilihnya dan ia harapkan menjadi batu loncatan menuju karir idamannya. Sayangnya, sebelum ia menemukan data-data lengkap untuk makalahnya, tersiar kabar bahwa seorang professor sejarah bernama Andrea Kent akan mempresentasikan buku terbarunya mengenai subyek yang sama persis: Revolusi Spanyol. Claire panik, karena kerja kerasnya selama 2 tahun terakhir untuk makalah itu akan sia-sia apabila ada si Andrea ini berhasil menerbitkan bukunya sebelum ia menyelesaikan makalahnya. Karena, disertasinya tak akan dianggap orisinil lagi. Satu-satunya cara, Claire harus berangkat ke Venesia, tempat konferensi di mana sang professor akan mempresentasikan bukunya. Lagipula, di mana lagi tempat paling ideal untuk menemukan kebenaran tentang Konspirasi Spanyol yang terjadi di Venesia? Di Venesia tentunya!
Keberuntungan ternyata menaungi Claire, karena kendala satu-satunya yang merintangi hasratnya untuk pergi ke Italia: uang, ternyata terpecahkan oleh seorang remaja perempuan berusia 14 tahun bernama Gwen. Atau lebih tepatnya, oleh orang tua Gwen yang membutuhkan seorang “pendamping” bagi Gwen selama mereka berlibur ke Paris. Maka berangkatlah Claire bersama Gwen selama seminggu. Seminggu yang ternyata selain dipenuhi dengan riset yang membosankan di perpustakaan, juga dibumbui dengan kehadiran pria-pria ganteng Italia. Giancarlo yang naksir Claire, dan Nicolo yang mengincar Gwen. Namun, di antara letupan-letupan romantis mereka, Claire akan menemukan kembali gairah hidupnya yang telah sekian lama meredup. Hanya dalam seminggu, Venesia mungkin akan mengubah seluruh hidupnya…
Di sisi lain, berjalan berdampingan dengan kisah Claire, kisah Alessandra Rossetti justru menjadi daya tarik yang lebih kuat dalam buku ini. Setting sejarah, apalagi yang terjadi di kota eksotis dengan kanal-kanalnya: Venesia, memang selalu membantu memberikan sentuhan klasik pada sebuah buku. Bukan hanya keindahan Venesia yang diwakili oleh kanal-kanalnya, gondola, dan karnaval meriahnya saja yang menarik di buku ini, namun juga pergolakan politik dan budaya pada masa abad ke 17 itu. Profesi paling tua di dunia yang digeluti Alessandra: pelacur, juga banyak dibeberkan di sini. Pelacur di Venesia bisa memiliki banyak tingkatan. Di sini aku jadi teringat pada Geisha di Jepang. Cortigiana onesta adalah sebutan pelacur tingkat tinggi di Venesia, sama dengan Geisha di Jepang. Alih-alih menjajakan diri, mereka hanya memiliki beberapa kekasih para bangsawan dan orang-orang penting yang berlimpah harta. Menjadi cortigiana onesta pada jaman itu jauh lebih terhormat daripada menjadi wanita lajang yang hidup tanpa suami, dan lebih merdeka daripada dikirim ke biara meski tak punya panggilan membiara. Dan bagi wanita seperti Alessandra Rossetti, yang memiliki kecerdasan, keberanian, sekaligus keinginan untuk hidup bebas dan mandiri, rasanya cortigiana onesta menjadi opsi yang paling masuk akal, apalagi setelah ia hidup sebatang kara. Namun ternyata ia pun tak sebebas yang diinginkannya ketika sudah menjadi pelacur. Menjadi kekasih Marquis Bedmar ternyata malah membawanya terjerat ke dalam keruhnya dunia politik di Venesia.
Surat Rossetti ternyata kelak akan mempengaruhi masa depan Venesia dan Spanyol. Dan Claire Donovan kini berjuang untuk memperoleh jawaban tentang sosok Alessandra yang misterius itu. Apa yang terjadi setelah ia memasukkan surat itu ke bocca di leone di istana Dewan Agung? Dan apa yang terjadi pada dirinya setelah itu? Betulkah Alessandra seorang pahlawan yang mampu menghentikan sebuah revolusi? Nah, surat-surat maupun diary Alessandra yang diteliti Claire itulah yang akan menjadi kunci pemecahan misteri sesungguhnya yang terjadi pada bulan Maret 1671 itu….
Christi Phillips telah berhasil menggabungkan dua suasana ke dalam satu cerita. Kita dibuatnya melompat-lompat dari masa lalu abad 17 ke masa kini tanpa kesulitan mengikuti alurnya. Riset yang baik juga pasti telah dilakukan Christi untuk membawa suasana Venesia abad 17 itu sedekat mungkin dengan aslinya. Hanya saja yang agak disayangkan adalah adegan panas Alessandra bersama kekasihnya yang dibuat agak terlalu jelas sehingga kesan “kuno” kisah ini agak memudar, dan kita malah disuguhkan adegan serupa yang kita jumpai di novel-novel Harlequin. Anyway, intrik-intrik dalam kisah ini yang memukau, tetap membuatku memberikan 4 bintang untuk Surat Rossetti!
Judul asli: The Rossetti Letter
Pengarang: Christi Phillips
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Nopember 2010
Tebal: 523 hlm