Seandainya
anda hidup di abad 17 dan tinggal di Ospedale
della Pietà—asrama dan sekolah musik putri di Venice—anda mungkin akan
sering mendengar denting bel berbunyi di malam hari, yang disusul oleh tangisan
bayi. Itu berarti ada satu orang anak (kebanyakan) perempuan lagi yang tak
diinginkan orang tuanya….
Anna Maria dal
Violin adalah salah satu penghuni Pietà yang empat belas tahun lalu ditemukan
di scafetta (tempat yang dirancang
khusus untuk meletakkan bayi dari luar asrama) oleh salah seorang biarawati
yang sedang bertugas. Tak diketahui siapa orang tua Anna Maria, dan ‘dal Violin’
adalah nama yang disematkan padanya sebagai siswa yang belajar alat musik biola.
Sejarah mencatat bahwa maestro Antonio Vivaldi—yang juga seorang pastor—pernah mengajar
di Pietà. Anna Maria merupakan anak emasnya saat itu, karena hanya Anna Maria
yang mampu menginterpretasikan musik yang diciptakan Vivaldi sesuai keinginannya.
Aku bisa
membayangkan Anna Maria yang merasa tersisih dan tak dicintai seorang pun di
dunia, ketika semua penghuni ospedale
dijemput sanak keluarganya untuk berlibur, sementara Anna Maria harus tetap
tinggal di ospedale karena tak ada
seorang pun yang menjemputnya. Di salah satu saat-saat sedih itulah terjadi dua
hal yang mengubah kehidupan Anna Maria. Peristiwa pertama adalah maestro
Vivaldi mengunjunginya dan memberinya selembar hasil karya terbarunya yang
khusus di persembahkan bagi Anna Maria, bertuliskan ‘Per Sig.ra: Anna Maria’ di atasnya. Sebuah penghargaan yang sangat
berarti bagi Anna Maria.
Kejadian
kedua adalah ketika Anna Maria berurai air mata menyaksikan kegembiraan
teman-temannya yang meninggalkannya sendirian di ospedale, datanglah Sister Laura—biarawati baik hati yang
mempromosikan Anna Maria pada Vivaldi—menyuruh Anna Maria duduk di kamarnya dan
menulis surat bagi ibunya. Ya, ibu yang tak pernah dikenal ataupun diketahui
keberadaannya. Ibu yang mungkin takkan pernah membaca tulisan putrinya. Namun
kata-kata Sister Laura membesarkan hati Anna Maria untuk menumpahkan
kerinduannya akan kasih seorang ibu, atau kecintaannya pada musik, dan segala
kegalauan masa remaja yang mewarnai hidupnya yang seorang diri di dunia, lewat
surat-surat kepada ibunya. “God knows
everything, and He will make sure your letter finds its way to your mother’s
heart.”, itulah kata-kata lembut Sister Laura yang memberi semangat baru
pada Anna Maria.
Selanjutnya
Barbara Quick merangkai kisah hidup Anna Maria lewat surat-surat itu maupun
narasi, menggunakan teknik maju-mundur, dari ketika Anna Maria remaja hingga
setelah ia menjadi wanita dewasa. Banyak hal menarik yang tersingkap dari balik
dinding-dinding ospedale yang bagi
orang luar tertutup rapat, kecuali sesekali ketika para figlie di coro—anggota paduan suara—melantunkan lagu-lagu yang
menyentuh hati dalam alunan suara merdu mereka yang terdengar bak paduan suara
para malaikat di surga yang sedang memuliakan Tuhan. Kita bisa melihat
bagaimana perjuangan para Vivaldi’s Virgins—anak-anak perempuan asuhan Vivaldi—berusaha
melepaskan diri dari jerat nasib seumur hidup ‘terkubur’ bak di penjara dan tak
pernah merasakan dinamika dunia luar.
Saat itu
pilihan bagi para figlie di coro hanyalah:
a) Menjadi biarawati; b) Menjadi Maestra di opesdale;
c) Menikah dengan seorang pria (bila ada yang meminang). Bukan masa depan yang
cerah bagi teman-teman Anna Maria: Marietta dan Giulietta, sehingga mereka
harus melakukan muslihat agar dapat lepas dari Pietà. Sementara Anna Maria
sendiri berjuang untuk memecahkan misteri siapa pemilik locket kuno yang secara
misterius jatuh ke tangannya (dan kemungkinan besar berasal dari ibunya),
sambil terus memupuk kecintaan dan keahliannya memainkan musik yang sudah
menjadi panggilan hidupnya. Oh, dan Anna Maria juga sempat jatuh cinta pada pemuda Jerman yang membawakannya locket itu...
Kisah ini
dijalin dengan begitu memikat oleh Barbara Quick, menggunakan bahasa Inggris yang
cantik khas abad 17 dan bertaburan suasana khas Venice yang eksotis dan
memabukkan. Sungguh….sensasi menyeberangi laguna di atas gondola di malam hari
nan perkat bertabur bintang dan bermandikan sinar bulan, sungguh dapat terlukis
jelas di benakku. Belum lagi suasana carnival dengan topeng-topengnya serta
kemeriahan opera dan permainan music para maestro. Oh….anda akan benar-benar
terbawa suasana Venice abad 17 sambil menikmati intrik-intrik para wanita di
ospedale. Oh ya, dan jangan lupakan kisah hidup sang maestro, Antonio Vivaldi,
yang konon pernah ‘diasingkan’ dari kalangan musik Venice karena sang biarawan yang
terkenal dengan julukan “Red Priest” ini dicurigai memiliki kekasih. Benarkah
kisah itu? Dan bagaimana nasib Anna Maria? Mampukah ia menemukan ibunya?
Akankah ia menjadi seorang maestra? Bagaimana kisah cintanya dengan si pemuda Jerman?
Lima bintang
untuk Vivaldi’s Virgins, yang dari awal bahkan sudah membuatku menangis
terharu, dan terpesona dengan alunan bahasanya yang bak alunan musik…. Buku ini adalah satu dari antara sedikit buku yang mampu membuatku menangis tersengguk-sengguk!
Judul:
Vivaldi’s Virgins
Penulis:
Barbara Quick
Penerbit:
Harper Collins
Terbit: 2007
Tebal: 284
hlm