Tuesday, October 30, 2012

I, Claudius


Tiberius Claudius Drusus Nero Germanicus memerintah Kerajaan Romawi pada tahun 41, menggantikan kemenakannya Caligula yang dibunuh oleh anak buahnya sendiri. Robert Graves menulis novel historical fiction tentangnya ini dalam bentuk memoir, seolah-olah Claudius sendiri—demikian ia dipanggil—mengisahkan segala yang ia lihat dan alami sepanjang hidupnya; setidaknya bagaimana ia, yang sejak lahir disepelekan orang, mampu mencapai tahta tertinggi Romawi, yang kala itu merupakan monarki terbesar di dunia.

Claudius adalah sosok yang berkarakter menarik, itu aku sadari hanya dengan membaca beberapa halaman pertama buku ini—kalau Robert Graves benar-benar dapat menangkap karakternya dengan tepat. Claudius dilahirkan sebagai anak yang sakit-sakitan. Ada yang tak beres dengan lututnya, meski kedua tangannya terbilang kuat. Ia juga sering gagap saat berbicara, terutama ketika gugup atau emosi. Pamannya, Kaisar Tiberius menjulukinya sebagai ‘Clau Clau Claudius’. Karena kekurangannya ini—kelak ditengarai Claudius menderita semacam polio—ia dijauhi oleh semua orang, termasuk ibunya yang menganggap Claudius idiot, dan neneknya Livia yang bahkan tak pernah mau makan semeja dengan Claudius yang dianggap menjijikkan.

Dari segi keturunan, Claudius adalah cucu dari Augustus dan Livia dari garis ayahnya Drusus (Drusus adalah putra Kaisar Tiberius—putra Livia dari suami pertama namun diadopsi oleh Augustus); juga cucu dari Marc Antony dan Octavia dari garis ibunya Antonia. Karena sejak awal telah dijauhkan dari politik oleh Augustus, Claudius menekuni sejarah dari para sejarawan yang tersohor saat itu. Kelak saat Claudius remaja, Augustus pernah tercengang ketika mendengarkan sang cucu berorasi dengan sangat baik (ia mendengarkan diam-diam dari balik tirai, karena jika Claudius mengetahui kehadiran Augustus, gagapnya akan langsung timbul).

Sepanjang hidupnya sebelum menjadi Kaisar, Claudius telah mengamati—dan merekamnya dalam tulisan-tulisannya—kiprah keluarga besarnya dalam politik yang kotor dan kejam. Kita dapat melihat bagaimana Kaisar Augustus sebenarnya didominasi oleh Livia yang ambisius dan banyak membunuh cabang-cabang keluarga mereka kalau dilihatnya orang tertentu akan menghalangi rencananya, yaitu agar garis keturunannya dapat menjadi Kaisar menggantikan Augustus. Setelah Augustus wafat, Tiberius menggantikannya, dan tetap dibayang-bayangi Livia, menjadikan Roma sebagai tempat jagal manusia, dengan tak terhitung banyaknya senator atau anggota keluarga diseret ke pengadilan dengan tuduhan palsu untuk dihukum mati.

Ketika Tiberius akhirnya meninggal, semua orang bersorak-sorak gembira menyambut penggantinya, Caligula (kemenakan Claudius). Tak banyak yang mengetahui perangai asli Caligula yang sadis dan angin-anginan. Claudius yang selama pemerintahan Tiberius berhasil ‘tetap hidup’ di tengah ramainya pengadilan palsu, justru makin menderita saat pemerintahan Caligula. Namun hebatnya, dengan berpura-pura bodoh, dan se-lemah yang dikira orang, Claudius berkali-kali berhasil menghindar dari maut. Hingga akhirnya para bawahan Caligula muak, lalu mereka berkonspirasi membunuh Caligula. Dan karena Claudius satu-satunya marga Julio-Claudian laki-laki yang masih hidup dan dalam usia untuk memerintah Roma, maka mereka memaksanya menjadi Kaisar.

Hingga di sinilah kisah ini berakhir; namun meski Graves tak mengisahkan bagaimana Claudius memerintah Roma, dari buku dan artikel yang kubaca, rupanya Claudius berhasil ‘membawa kembali Romawi ke jalan yang benar’, ia mengelola administratif pemerintahan dengan  tertib, dan rakyat pun kembali merasa aman. Claudius juga berhasil melebarkan ‘sayap’ penaklukan Romawi ke daerah lain, dan ekonomi negara pun berangsur-angsur pulih setelah dihambur-hamburkan dengan semena-mena oleh Caligula.

Satu hal yang menarik tiap kali membaca novel-novel sejarah bertema Romawi, kita akan menemukan lebih banyak lagi kisah tentang tokoh-tokoh lainnya, sehingga setelah membaca banyak buku, lama-lama kita akan dapat membentuk ide tentang masing-masing tokoh, lebih lengkap daripada membaca novel tentangnya! :)

Sebagai kisah sejarah, buku ini termasuk ‘berat’, alih-alih berkonsentrasi pada kisah Claudius saja, Graves—menurutku—terlalu lebar mengisahkan tokoh-tokoh lain, misalnya mengikuti dengan detil kronologi perang Germanicus melawan Jerman. Akhirnya aku merasa bahwa Claudius terlalu banyak berada di balik layar, padahal ada banyak hal yang lebih ingin kuketahui tentang diri Claudius, misalnya bagaimana ia memperlakukan para pembunuh Caligula, atau apakah ia menepati sumpahnya pada Livia untuk menjadikannya Goddess, dan yang terutama bagaimana ia memerintah Romawi, apa saja sumbangsihnya bagi Roma, kecuali buku-buku sejarahnya. Sayang….semuanya terhenti di halaman terakhir.

Namun bagaimana pun juga, Graves telah berhasil membuka kisah salah satu Kaisar Romawi yang tak diperhitungkan orang, yang tak gagah perkasa, namun toh dapat membawa kerajaan terbesar di dunia itu ke sebuah era yang lebih makmur dan sejahtera.

Empat bintang untuk I, (Clau-Clau-) Claudius!

Judul: I, Claudius
Penulis: Robert Graves
Penerbit: Vintage Books
Tebal: 433 hlm

3 comments:

  1. bener, bacaan berat nih mbak, 433 halaman euy... ^^

    ReplyDelete
  2. kalau liat covernya koq kayaknya itu buku udah lama banget sampe lecek. Itu foto pribadi atau dapet dari internet Mbak Fanda. Tapi kalau baca reviewnya, kayaknya menarik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha...itu buku pinjem dari Annisa, dan memang fisiknya udah lecek, kayaknya dia beli second hand juga. Kalau ceritanya memang menarik, Sin, terutama kalau menyukai sejarah Romawi, buku ini banyak mengulas tokoh2 penting jaman itu (Antara Augustus s/d Caligula)

      Delete

Bagaimana pendapatmu?