Monday, August 1, 2011

The Heretic's Daughter

Manusia cenderung mempercayai apa yang ingin ia percayai. Itulah yang mendasari salah satu sejarah terkelam yang terjadi di Amerika pada akhir abad 17: Pengadilan Penyihir Salem. Peristiwa itu membawa banyak korban yang harus dihukum mati karena dituduh/dianggap sebagai penyihir. Salah satunya adalah seorang wanita bernama Martha Carrier. Salah seorang keturunannya lah yang menulis kisah ini, yakni Kathleen Kent.

Keluarga Carrier merupakan keluarga yang hidup sederhana di Bilerica. Thomas adalah suami dan ayah yang pendiam dan menyimpan ketenangan di balik tubuhnya yang besar. Martha adalah seorang wanita tangguh, keras kepala, tegas. Suatu karakter yang jarang ditemui pada kaum wanita pada jaman itu yang halus dan penurut. Martha bahkan berani membentak laki-laki yang memiliki niat jahat terhadap keluarganya. Sarah, yang menjadi penutur di kisah ini adalah anak perempuan pertama di keluarga itu. Ia memiliki 3 abang dan 1 adik perempuan.

Kisah diawali dengan peristiwa wabah cacar yang melanda desa mereka. Dari situ rasanya kisah ini tidak berjalan ke mana-mana. Kathleen hanya berputar-putar di Andover, memperlihatkan wajah desa dengan komunitas kecilnya, bagaimana piciknya pandangan mereka pada saat itu. Bagaimana kecurigaan tumbuh antar tetangga, bahkan antar kerabat dekat. Benih-benih itulah, seperti halnya cacar, yang tumbuh dari kecil hingga akhirnya membesar, meluas, dan akhirnya mematikan. Penyakit, baik pada hewan maupun manusia, atau kebakaran ladang, semua dihubung-hubungkan dengan sihir. Maka begitu seseorang sudah mengeluarkan tuduhan "sihir", kata itu bak bergaung ke seluruh wilayah Salem dan sekitarnya. Semua dendam dan amarah akhirnya menemukan tempat penyaluran: teriakilah musuhmu sebagai penyihir, maka kau tak perlu bersusah payah membalas dendam, dan dendammu akan terbalas secara sah oleh hukum.

Ketika isu merebak bahwa banyak orang ditangkap karena dianggap penyihir, hubungan Sarah yang tadinya jauh dan dingin terhadap ibunya, mulai menghangat. Dalam kondisi ketakutan dan kecemasan, mereka pun menyadari kemiripan di antara mereka berdua. Martha menyuruh Sarah untuk mengakui bahwa ibunya penyihir untuk menjamin kehidupan Sarah dan seluruh keluarga. Martha sendiri takkan pernah mengakui hal yang tak pernah diperbuatnya. Kebenaran akan ia junjung tinggi, meski untuk itu ia harus mengorbankan hidupnya sendiri.

Akhirnya keluarga Carrier ditangkap, kecuali sang ayah. Kathleen menggambarkan dengan detail kondisi di penjara yang suram dan jauh dari manusiawi itu. Hingga tiba saatnya Martha Carrier dihukum gantung karena dianggap sebagai "Ratu Penyihir" dan tak pernah mau mengakui bahwa ia penyihir. Adegan perpisahan yang menyayat hati tergambar jelas di sini. Keputusan Martha untuk menyuruh anak-anaknya berbohong ternyata benar, karena hal itu terbukti menyelamatkan nasib mereka. Sedangkan Martha sendiri menghadapi kematian dengan kepala tegak, tetap menjunjung tinggi kebenaran dan kehormatan.

“Kehidupan bukanlah sesuatu yang kaumiliki atau yang bisa kau simpan. Kehidupan adalah sesuatu yang sanggup kaulepaskan. Boleh jadi tak ada pilihan lain kecuali merelakannya.$E2�� ~Martha Carrier

Petikan berita di surat kabar lawas tentang Martha Carrier yang diadili sebagai penyihir
(sumber: marthacarrier.org)


Mengapa pengadilan penyihir Salem harus terjadi?

Pertanyaan yang terus bercokol di benakku. Apakah –sebenarnya—ada praktik sihir dan penenungan di Salem? Setelah browsing di internet, aku tak menemukan informasi apapun tentang penyihir. Jadi, kesimpulanku, hal itu terjadi karena kombinasi sempitnya wawasan dan sifat buruk manusia. Peristiwa Salem dipicu oleh sakitnya anak perempuan Pendeta Parris. Di kemudian hari, gejala-gejala yang dideritanya disinyalir sebagai penyakit yang disebabkan karena semacam fungus yang menginfeksi bahan makanan yang dimakannya. Namun oleh penduduk gejala itu dikaitkan dengan buku Cotton Mather tentang praktek sihir, dan dengan kentalnya takhayul di antara mereka, maka mereka segera mempercayai bahwa si gadis kecil kena sihir (sumber: law2.umkc.edu). Hal ini diperparah dengan sistem hukum yang buruk dan adanya konflik pribadi antar keluarga atau tetangga, dan dengan gampangnya orang menuding orang lain sebagai penyihir. Dari sebuah kebetulan, akhirnya menjadi kepastian, karena manusia cenderung mempercayai apa yang ingin ia percayai.

Apakah praktek itu hanya terjadi pada abad-abad lalu, khususnya pada tahun kelam 1692 itu? Tidak. Hingga saat inipun kita juga sering cenderung mempercayai sesuatu yang ingin kita percayai. Ketika seorang mantan narapidana dituduh melakukan kejahatan, kita akan langsung percaya, karena di benak kita sudah terpancang anggapan bahwa narapidana = kriminal. Padahal belum tentu ia melakukan kejahatan yang dituduhkan. Coba saja, ketika seorang selebriti idola orang banyak dituduh melakukan hal buruk, pasti banyak yang tak percaya. Karena kita semua ingin mempercayai bahwa idola kita adalah manusia sempurna.

Bagaimana pun, The Heretic’s Daughter sekali lagi membuka mata kita pada kelemahan manusia. Meski sekarang manusia modern sudah lebih berwawasan dan kritis, namun kelemahan manusia itu tetap ada. Mari kita menjadi lebih kritis lagi pada apapun yang kita dengar/lihat. Jangan terlalu gampang larut dalam arus masa sebelum kita memahami duduk perkaranya dengan jelas.

3 bintang untuk buku ini!

Judul: The Heretic's Daughter
Penulis: Kathleen Kent
Penerbit: Matahati
Terbit: Mei 2011
Tebal: 282 hlm

No comments:

Post a Comment

Bagaimana pendapatmu?